Pengertian Status Gizi dan Faktor yang Mempengaruhi

A.    Status Gizi
1.     Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2009: 3).
Status gizi meliputi tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan keadaan gizi yang dilihat melalui faktor tertentu (indikator status gizi) seperti berat, tinggi, dan sebagainya (Indra, 2013: 24).
Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2002: 17).
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa status gizi adalah suatu keadaan gizi seseorang yang diakibatkan oleh berbagai faktor dan konsumsi makanan sehari-hari.
2.     Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Tinggi rendahnya tingkat status gizi anak dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Secara garis besar, faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung.
Faktor yang mempengaruhi status gizi secara langsung ada dua, yaitu:
a.     Konsumsi makanan
Konsumsi makanan berfungsi untuk mengetahui kebiasaan makanan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi. Konsumsi makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, baik kualitas maupun kuantitas dapat menyebabkan masalah gizi (Irianto, 2014: 10).
b.     Infeksi
Timbulnya kurang energi protein (KEP) tidak hanya karena makanan yang kurang, melainkan dapat disebabkan oleh penyakit. Anak mendapatkan makanan cukup baik tetapi rentan terserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita KEP. Sebaliknya anak yang mengkonsumsi makanan yang tidak cukup baik, daya tahan tubuh dapat melemah. Dalam keadaan demikian mudah diserang infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya mudah terserang KEP (Soekirman, 2000: 25).
Faktor yang mempengaruhi status gizi secara tidak langsung ada 3, yaitu:
a.     Tingkat pendapatan
Pendapatan keluarga merupakan penghasilan dalam jumlah uang yang akan dibelanjakan oleh keluarga dalam bentuk makanan (Suhardjo, 2003: 55).
b.     Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi ibu adalah proses utuk merubah sikap dan perilaku masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang sehat jasmani dan rohani. Semakin tinggi pendidikan tinggi pula pengetahuan akan kesehatan dan gizi keluarganya. Hal ini akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas zat gizi yang dikonsumsi oleh anggota keluarga (Soekirman, 2000: 29).
c.     Sanitasi Lingkungan
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare, infeksi saluran pencernaan, dan cacingan. Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan, maka  penyerapan zat-zat gizi akan terganggu sehingga akan menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi dan mudah terserang penyakit (Supariasa, 2002: 45).
3.     Metode Penilaian Status Gizi
Menurut Supariasa (2016: 25) ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih dan menggunakan metode penilaian status gizi yaitu:
a.     Tujuan
Tujuan pengukuran sangat perlu diperhatikan dalam memilih metode, seperti tujuan ingin melihat fisik seseorang, maka metode yang digunakan yaitu antropometri, sedangkan untuk melihat status vitamin dan mineral dalam tubuh sebaiknya menggunakan metode biokimia.
b.     Unit sampel yang akan diukur
Berbagai jenis unit sampel yang akan diukur sangat mempengaruhi penggunaan metode yang digunakan. Apabila unit sampel yang akan diukur masyarakat yang rawan gizi maka sebaiknya menggunakan metode antropometri karena lebih murah dan dapat dipertanggungjawabkan.
c.     Jenis informasi yang dibutuhkan
Terdapat empat jenis informasi yang digunakan antara lain: asupan makanan, berat dan tinggi badan, tingkat hemoglobin, dan situasi sosial ekonomi. Pertama, apabila menggunakan informasi asupan makanan maka menggunakan metode survei konsumsi. Kedua, apabila menginginkan informasi mengenai berat dan tinggi badan maka menggunakan metode antropometri. Ketiga, apabila menggunakan informasi tingkat hemoglobin maka sebaiknya menggunakan metode biokimia. Keempat, apabila menginginkan informasi tentang situasi sosial ekonomi maka menggunakan metode faktor ekologi.
d.    Tingkat reliabilitas dan akurasi yang dibutuhkan
Metode penilaian secara biokimia mempunyai reliabilitas dan akurasi yang sangat tinggi karena membutuhkan tenaga medis dan tenaga yang terlatih serta memiliki pengalaman yang cukup. Oleh karena itu apabila ada biaya, tenaga, dan sarana-sarana yang mendukung, maka metode biokimia dapat dianjurkan.
e.     Tersedianya fasilitas dan peralatan
Untuk melakukan penilaian status gizi terdapat beberapa fasilitas yang mudah didapat ada pula yang sulit diperoleh. Pada umumnya penilaian antropometri lebih murah dan mudah diperoleh jika dibandingkan dengan metode biokimia.
f.      Tenaga
Penilaian status gizi secara biokimia memerlukan tenaga ahli kimia atau analisis kimia, karena berhubungan dengan berbagai jenis bahan dan reaksi kimia, sedangkan penilaian status gizi secara antropometri cukup memerlukan tenaga ahli yang sudah terlatih sebelumnya.
g.     Waktu
Apabila ingin meneliti status gizi suatu masyarakat dalam waktu singkat, maka sebaiknya menggunakan metode antropometri, karena akan sangat mustahil menggunakan metode biokimia apabila waktu yang tersedia sangat singkat dan tidak ditunjang dengan biaya, tenaga, serta peralatan yang memadai.
h.    Dana
Permasalahan dana sangat mempengaruhi jenis meode yang akan digunakan untuk menilai status gizi. Pada umumnya, penggunaan metode biomekanika relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan metode penilaian status gizi secara antropometri.
4.     Jenis-jenis Penilaian Status Gizi
             Jenis penilaian status gizi menurut Rusilanti (2014: 5) dibagi menjadi dua bagian, adalah sebagai berikut:
a.     Penilaian status gizi secara langsung
1)         Penilaian Antropometri
Secara umum antropometri adalah berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak di bawah kulit.
2)         Penilaian Klinis
Penilaian klinis merupakan metode yang sangat penting untuk menilai status gizi dengan melihat jaringan epitel seperti mata, kulit, rambut, dan organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penilaian klinis dirancang untuk mendeteksi tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.
3)         Penilaian Biokimia
Pemeriksaan laboratorium (biokimia) dilakukan melalui pemeriksaan spesimen jaringan tubuh (darah, urin, tinja, hati dan otot) yang diuji secara laboratoris.

4)         Penilaian Biofisik
          Penilaian ini dilakukan dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan perubahan struktur. Penilaian biofisik bertujuan mengetahui situasi tertentu, misalnya pada orang yang buta senja epidemik (epidemic of right blindness).
b.     Penilaian status gizi secara tidak langsung
1)    Survei Konsumsi Makanan
Tujuan dilakukan survei konsumsi makanan adalah untuk mengetahui kebiasaan makan, gambaran tingkat kecukupan bahan makanan, dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan perorangan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2)    Statistik Vital
Penilaian dilakukan dengan menganalisis data kesehatan seperti angka kematian, kesakitan, pelayanan kesehatan dan penyakit infeksi yang berhubungan dengan gizi. Penilaian ini bertujuan untuk menemukan indikator tidak langsung dari status gizi masyarakat.
3)    Faktor Ekologi
Malnutrisi adalah masalah ekologi sebagai hasil interaksi dari faktor lingkungan fisik, biologi, ekonomi, politik dan budaya. Faktor ekologi ini bertujuan untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai bahan untuk melakukan program intervensi gizi.
Dalam penelitian ini menggunakan peniliaian antropometri khususnya indeks massa tubuh (IMT) terhadap umur (U). Hal ini dilakukan karena dalam penelitian ini ingin mengetahui status gizi berdasarkan berat badan dan tinggi badan siswa.
                   IMT adalah alat yang sederhana yang digunakan untuk mengukur status gizi orang dewasa yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, oleh karena itu mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang.
                   Menurut Kepmenkes RI tahun 2010 dalam (Rusilanti, 2014: 14) mengenai standar antropometri penilaian status gizi anak, IMT dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak di bawah umur 18 tahun dengan cara membandingkan hasil IMT menurut umur. Berikut ini adalah gambaran kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan IMT/U.

Tabel 2.1. Kategori Status Gizi Anak Berdasarkan (IMT/U)
Kategori Status Gizi
Ambang Batas (z-score)
Sangat Kurus
-3 SD
Kurus
-3 SD sampai dengan -2 SD
Normal
-2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk
˃ 1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas
˃ 3 SD
                                   Sumber: Kepmenkes RI (Rusilanti, 2014: 14)

Untuk mempermudah dalam memahami tentang penilaian status gizi, dapat dilihat dari bagan di bawah ini:



Bagan 2.2 Metode Penilaian Status Gizi



Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form